Malam Pinangan
Malam Pinangan
Aku ingin menanami hamparan sawah yang memanjang di hatimu
Aku ingin menanami hamparan sawah yang memanjang di hatimu
dengan padi-padi yang tumbuh dari gairah jiwaku
lalu kualiri dengan sungai yang memancar di lubuk rindu
dengarlah seruling cinta itu, mengalun sampai ke padang-padang
beriring kasidah panjang di keremangan petang
lalu kualiri dengan sungai yang memancar di lubuk rindu
dengarlah seruling cinta itu, mengalun sampai ke padang-padang
beriring kasidah panjang di keremangan petang
Aku ingin melingkarkan
sebait puisi di jemarimu
sampai embun pagi memutih
menghapus kesunyian kita sepanjang pematang
saat mengeja nama anak-anak yang tertulis di setiap bulir padi
hingga menguning dan berwarna gading
sampai embun pagi memutih
menghapus kesunyian kita sepanjang pematang
saat mengeja nama anak-anak yang tertulis di setiap bulir padi
hingga menguning dan berwarna gading
Semalam, aku menunggu
bukit-bukit meluruhkan bunganya
sebab di rambutmu yang gambut ingin kusemai doa-doa
agar matamu memancarkan cahaya seperti bintang-bintang
saat pelangi melukis warna warni rumah kita
ketika aku menerjemahkan isyarat angin menjadi bahasa cinta
sebab di rambutmu yang gambut ingin kusemai doa-doa
agar matamu memancarkan cahaya seperti bintang-bintang
saat pelangi melukis warna warni rumah kita
ketika aku menerjemahkan isyarat angin menjadi bahasa cinta
Lihatlah, menjelang
malam tuhan mengirimi bulan
hingga puisi yang lekat di jemarimu berkilauan
kunang-kunang pun menabuh reranting menjadi irama merdu
burung-burung kemudian memahat kesetiaan
dengan paruhnya yang meruncing karena rindu
hingga puisi yang lekat di jemarimu berkilauan
kunang-kunang pun menabuh reranting menjadi irama merdu
burung-burung kemudian memahat kesetiaan
dengan paruhnya yang meruncing karena rindu
Tiba di dermaga, ayah
ibu kita, pasangan kekasih tua itu
memberi sebuah sampan yang ditatahnya dari batu karang
sebab laut akan mengiringi, dengan gelombang surut dan pasang
sampai waktu membuktikan setiap makna
dari kata-kata yang kita kayuh berdua
memberi sebuah sampan yang ditatahnya dari batu karang
sebab laut akan mengiringi, dengan gelombang surut dan pasang
sampai waktu membuktikan setiap makna
dari kata-kata yang kita kayuh berdua
2008
Riwayat Kota
Sebuah
kota yang kau ceritakan kepadaku tiba-tiba menjadi hantu
sebab
sebuah rindu pernah menyatu dengan debu-debu
yang
menampar kita, saat belajar bercumbu dengan waktu
kemudian
kerikil itu membiak di tubuhmu, menjadi sebuah arca
yang
menyeringai setiap musim hujan tiba
Kau
tahu, kota itu pernah merasakan hampa
hingga
pedagang kali lima yang bermukin sepanjang kanal
mengutuki
malam yang semakin binal
sebab
desis ular di setiap trotoar seperti bisikan cinta
dalam
bahasa paling rahasia
Mungkin
saat ini arca di tubuhmu telah berdiri angkuh
di
setiap persimpangan sambil mengacungkan kapak
yang
dulu hampir membunuhku, saat mendekapmu
dalam
sebuah keriuhan pasar malam
yang
dipenuhi para demonstran
Dalam
sesobek surat kabar, aku membingkai kota itu
agar
selalu menjadi hantu di setiap malamku
sebab
aku selalu merindukan irama desah nafasmu
yang
menggebu bersama deru kereta subuh
tempat
kita dulu saling berbagi peluh
2008
Riwayat Cinta
Setiap
kali mengamati sisa airmata di pipimu
aku
seperti menyelami sebuah danau yang hijau
karena
aku ikan yang merayap di celah rerumputan
sambil
meniupkan gelembung-gelembung ke permukaan
karena
kau seekor bangau yang menunggu
Hingga
rintik gerimis memaksaku menjadi nelayan
yang
termenung di atas sampan
melemparkan
jala ke setiap penjuru
sambil
berharap tersangkut di reranting perdu
karena
kau setangkai bunga yang bisu
Dengan
luka yang sama, kumaknai isyarat angin
sampai
burung-burung yang bersarang di kepalaku
mengabarkan
para peri mandi di danau
aku
ingin mencuri pelangi yang melilit tubuhmu
sampai
lanskap senja membentuk silhuet merah jambu
Akhirnya,
buah kuldi yang kau lempar selepas malam
menancap
di leherku. hingga suaraku terdengar parau
untuk
sekadar mengucap sebuah kalimat cinta
sebab
kau ingin aku kembali menjadi ikan
yang
merenangi setiap danau di tubuhmu
2008
Riwayat Badai
Kau
selalu datang setiap tengah malam
sambil
meneriakkan petir yang sama
hingga
kapuk-kapuk beterbangan
mengitari
langit-langit penuh jelaga
dari
lelampu yang membakar separuh mimpi
Segelas
wine, katrin
mungkin
akan menenangkan tubuhmu
yang
selalu menggelinjang setiap selesai bercumbu
karena
hembusan nafasmu begitu dingin
membekukan
ranjang dan dinding kamar
Secangkir
moka, rita
mungkin
kau terlalu mabuk dengan vodka
dan
sebatang candu yang menemani malammu
dalam
keriuhan kota yang binal
hingga
suara gaduh itu serupa karnaval
Tiba-tiba
kau datang, dengan bisikan sendu
sambil
memamerkan puting beliung yang berpusar di tubuhmu
kalimat
cinta itu, kemudian menjadi beracun
sebab
aku lupa bertanya:
di
dalam angin ada kelembutan?
2008
Rahasia Hutan
Aku semakin terperangkap dalam aromamu
yang berguguran di musim kemarau
terjerembab di mulut anggau, perut begu
membunuh purnama di semak-semak
yang terserak
Di bukit kering aku mulai menandai
masa kecil yang hijau, serupa daun-daun
dan onak melilit tubuhku dengan hangat
sepanjang siang. sampai raungan gergaji
meninabobokan semua orang
Angin tiba-tiba meniupkan luka
yang bersarang di pucuk pepohonan
menyimpan dendam dan nujuman
di rawa-rawa, gubuk-gubuk renta, hingga jalan
setapak
menuju muara tempat menghanyutkan semua balak
Anyir masa lalu menjelma kabut
setiap pergantian musim membakar almanak
serupa tungku tua di tanah lapang, memanggang
semua nasib dan impian. hingga membumbung tinggi
menjauh, jauh sekali...
2007
Lanskap Pulang
Di
balik reruntuhan rambutmu yang gambut, kutemukan kunang-kunang
berpijaran
sepanjang jalan menuju teluk dan pantai
menebarkan
warna-warna siluet musim semi
kau
menjadi ikan dan aku terumbu yang payau di semenanjung
mengharapkan
pijar cahaya dari bintang-bintang gemulai
di
celah langit paling sunyi
Lalu
matamu lelampu bagi kakiku, yang menapaki jalan
kampung
sampai
langkah terakhir terasa begitu bercahaya
di
antara ruko, gardu jaga dan warung-warung kaki lima
tempat
kita dulu memainkan kompang di keremangan purnama
memaknai
luka yang menganga
Kenapa
ada cahaya di kotamu?
sampai
bintang mencemburui setiap malam, setiap kita belajar mengeja silsilah
kampung halaman yang bermutasi menjadi mesin-mesin industri
menggerakkan
tubuhmu dengan kabel-kabel tembaga
dan
sorot matamu, menjadi warna-warni tanpa jelaga
Tiba-tiba
aku selalu ingin pulang
karena
aromamu mewangikan hutan batu di pulau-pulau
tempat
kita dulu membakar api unggun, menghangatkan musim pasang
saat
bunyi kapal membuat kita selalu ingin meninggalkan kampung halaman
2007
No comments
Post a Comment