DERING TELEPON MALAM ITU
LANGGAM
DARI SEBUAH NEGERI
Di
jalan menikung itu air melingkari leher pulau
Seperti
selembar ulos di dada perawan
Kepada
gerimis aku menatap reruntuhan daun diatas tebing
Sejenak
memungut serpihan air danau yang melayang-layang di udara
Kemudian
hinggap pada rambut perempuan-perempuan tua itu
Senja
masih juga menekan labirin yang terjaga sedari pagi
Barangkali
ditempat seperti ini debu-debu masih bisa kurangkai menjadi puisi
Entah
kepada siapa kata-kata kulukis pada selembar cakrawala
Tak
ada yang pantas kuucapkan melebihi bait-bait ini
Karena
rembulan dari tadi masih belum menampakkan diri
Dan
wajah bocah-bocah terkikis mendung yang menyelimuti bebukitan
Mataku
melambai-lambai diterpa badai rambutku yang kusam
Aubade
burung-burung senja menciptakan melodi sebuah musim
Yang
bermula dengan rintik hujan tengah hari
Disini
aku meninggalkan seberkas rindu tentang sejuknya udara
Bersamaan
dengan dinginnya air danau yang merembes diatas mata kaki
Dan
senyumku tetap mengendap diatas selembar kertas putih
Februari
2003
AKU
TITIPKAN SEKEPING HATI
Kepadamu
aku titipkan sekeping hati yang terserak di jalanan
Untuk
kau basuh dengan embun yang keluar dari sudut matamu
Simpanlah
dibalik kerudungmu yang berbau melati itu
Jangan
biarkan malam mengambilnya dengan seteguk mimpi
Karena
esok pagi akan kurajut bersama sinar matahari
Di
sepanjang jalan yang melingkari bebukitan
Angin
menabuh dedaunan hijau dari pohon-pohon akasia
Kuraih
selembar untuk melukis kata-kata yang selama ini bisu
Tentang
sebuah bahasa di sepanjang perbatasan senja
Usah
kau ratapi pertemuan yang membawa rindu
Di
bibirmu aku menitipkan sepenggal cerita
Mungkin
lebih indah dari seratus bukit puisi
Apalagi
pegunungan imaji yang membentang di sepanjang sungai
Yang
mengalirkan seribu irama dari tepian bumi
Februari
basah mengulum senyummu yang gelisah
Februari
2003
DERING TELEPON MALAM ITU
Dering
telepon malam itu mengganggu tidurku
Yang
kumulai dengan sebuah dongengan purba
Selembar
dirgantara masih melayang-layang diatas awan
Sebiji
bintang hinggap diatas rumah menunggu resah
Dering
telepon malam itu mengutuk jagaku
Setelah
mengganggu masa kanakku yang hangus di ladang mimpi
Kutanam
bibit ode dilobang-lobang kelam
Mengelabui
seberkas rasa tenang di dalam kelambu
Dering
telepon malam itu, memotong waktu!
Februari
2003
KUTUNGGU
ENGKAU DI DALAM MONITOR
Akan
kukirim data-data lewat gumpalan elektron
Setelah
mengendap dalam hard disk selama beberapa kilo bite
Di
atas keyboard aku telah melukisnya dengan ujung jari
Esok
engkau kutunggu di beranda monitor
Ich
liebe dich, Ich sehne mich nach Dir
Katamu
lewat kabel-kabel yang melilit jantungku
Menembus
sel-sel syaraf lalu singgah dibalik rerimbunan kalbu
Lagu-lagu
Santana memekik dari celah-celah speaker
Membelah
malam tanpa password
Diseberang
sana barangkali mailboxmu sudah gelisah menunggu
Sementara
aku masih resah di tenpinggir jalan
Sekeping
disket berontak dari floppy bervirus
Aku
masih tetap menunggumu
Februari
2003
SAJAK
PADA SEBATANG ROKOK
Pada
sebatang rokok aku menemukan serpihan kata-kata
Yang
terbakar api dari kerongkongan berbau apak
Asap
mengitari mataku yang penuh asbak
Malam
menembus ilalang yang menjelma perempuan berbaju kelelawar
Jalanan
kusam dijilat debu-debu kendaraan
Pada
sebatang rokok aku berontak ditengah kepenatan
Setelah
seharian meneguk segelas sinar matahari
Kemudian
mencampakkan awan diatas trotoar
Tak
terasa aku ketiduran diantara congkak zaman
Abu
terakhir singgah dalam jagaku yang asing
Maret
2003
SAJAK PADA SEBUAH CANGKIR
Aku
menemukan senja pada sebuah cangkir yang menguning
Sisa
teh kemarin memolesnya dengan buih-buih malam
Memaksaku
mengobral sampah kata-kata yang sebagian tak ada artinya
Kecuali
hanya bualan orang-orang bosan di meja makan
Aku
melihat orang-orang didalam cangkir saling memaki
Seperti
pada headline koran pagi yang kubaca malam hari
Dan
cangkir itu tetap tak mau menelorkan suara
Kecuali
hanya desahan yang mengundang birahi
Secangkir
sajak kuhidangkan bersama sisa imajinasi
Yang
kemarin memeras syarafku dengan gambar kupu-kupu
Maret
2003
No comments
Post a Comment