OPERA SENJA
OPERA SENJA
kita telah melewati tikungan dan melukis senja sepanjang jalan
serpihan pasir, gemuruh ombak menyibak jarak
dari sungai hingga ke pantai
sebelum semua menyatu di ngarai
kita hanyut dalam dekapan laut, membaca buih yang payau
seperti bahasa purba sepasang penyu
yang risau menerjemahkan rindu
di karang dan batu-batu
kita tegak menahan dingin angin, rembulan pucat
dalam pelukan cuaca, tetabuhan keramat
gigil tubuh kita memainkan irama
lalu berkemas sebelum malam melupakan
jalan pulang
Yogyakarta, 2004
SURAT PERTAMA
kepadamu aku menulis dengan secangkir hujan
di atas daun-daun pinus, yang humus
bersampul simfoni dari ranting-ranting mahoni
jalanan menurun sepanjang tahun
dan menanjak menandai jarak
setiap kalender mengelupas di tapal batas
lanskap pagi masih terendam
gunung-gunung dan bukit-bukit, puisi
dan aku membuat rumah dari kertas
sebelum kukirimkan pada senja yang manja
pada cakrawala dan setangkup cahaya
lalu tampaklah sungai siak membanjiri ranjangku
dengan warnanya yang kelabu
dan aromanya yang beku
konon, hujan seharian tak cukup menghapuskan
jejak perjalanan
Bogor, Agustus 2005
No comments
Post a Comment