Jurnalisme Siber
Ringkasan
Internet
telah diakui mengubah wajah dunia karena mampu membawa kita pada era
globalisasi dalam arti yang sebenarnya. Sebab internet memudarkan sekat-sekat
geografis dan menghilangkan sekat waktu. Di mana dan kapan pun, asal kita
terhubung ke internet, kita dapat bekerja, berkomunikasi, berinteraksi,
menciptakan dan menyebarkan data, informasi, dan pengetahuan dengan sangat
cepat.
Kondisi
ini sebelumnya sudah diramalkan Marshall McLuhan saat memperkenalkan global
village pada awal tahun 1960-an. Global village menjelaskan bahwa tidak ada
lagi batas waktu dan tempat yang jelas. Informasi dapat berpindah dari satu
tempat ke belahan dunia lain dalam waktu yang sangat singkat. McLuhan
meramalkan pada saatnya nanti, manusia akan sangat tergantung pada teknologi,
terutama teknologi komunikasi dan informasi.
Hal
tersebut saat ini sedang terjadi dan menciptakan euforia berkomunikasi. Saat ketergantungan
manusia terhadap teknologi juga diikuti perkembangan media komunikasi. Dimana
mendekati tahun 2000 teknologi informasi (TI) menjadi tren. Seiring
perkembangan dan penetrasi TI tersebut di masyarakat, muncul pula visi dan
budaya dalam menggunakan TI. Individu atau lembaga mulai menyerap internet
sebagai tools, sebagai media komunikasi karena murah dan bisa menjangkau dunia
global. Faktor TI yang memiliki sejumlah kelebihan seperti kecepatan, kemudahan
atau kepraktisan, dapat menembus batas ruang dan waktu, membuat berbagai
kemudahan hampir di semua bidang kehidupan manusia saat ini (Haryati, 2007).
Sudah
hampir seperempat abad masyarakat dunia menggunakan internet. Setiap tahun ada
200 juta penduduk yang bergabung dalam revolusi online. Menurut Google,
internet menjadi media komunikasi yang pertumbuhannya paling cepat dalam
sejarah. Ketika internet masuk ke publik pada 1983 hanya ada 400 server. Tapi
saat ini sudah melebihi 600 juta server (Smith, 2009).
Berdasarkan
data statistik pengguna internet, per 30 Juni 2012 jumlah pengguna internet
dunia mencapai 2,4 milyar lebih dengan penetrasi mencapai 34,3 persen penduduk
dunia. Data per 30 Juni 2012 juga menyebutkan jumlah pengguna internet di
Indonesia mencapai 55 juta orang. Padahal pada tahun 2000 lalu masih berjumlah
2 juta pengguna.
Kini,
internet memiliki daya tarik tersendiri bagi kemudahan suatu akses media.
Bahkan lewat internet banyak orang mampu menciptakan berbagai bentuk wajah
media yang dapat menciptakan suatu kesenangan dan ketergantungan. Realitas
pertumbuhan pengguna internet inilah yang kemudian melahirkan jurnalisme baru
yang disebut: jurnalisme siber (cyber journalism) atau jurnalisme daring ‘dalam
jaringan’ (online journalism). Kehadiran jurnalisme siber otomatis akan
mengubah pola kerja jurnalis dan interaksi media dengan khalayak. Dalam buku
ini, saya akan menggunakan banyak istilah, baik siber, cyber, daring atau
online dengan merujuk pada maksud yang sama.
Online
sendiri merupakan bahasa internet yang berarti informasi dapat diakses di mana
saja dan kapan saja selama ada jaringan internet. Jurnalisme online ini
merupakan perubahan baru dalam ilmu jurnalistik. Laporan jurnalistik dengan
menggunakan teknologi internet, disebut dengan media online, yang menyajikan
informasi dengan cepat dan mudah diakses di mana saja. Dengan kata lain, berita
detik ini bisa dibaca saat ini juga, di belahan bumi mana saja.
Jurnalisme
online memiliki banyak kelebihan dibandingkan jurnalisme cetak. Selain lebih
interaktif, dalam hal kecepatan jurnalisme online jauh lebih unggul. Beberapa
kekuatan atau potensi jurnalisme online sebagai informasi utama bagi
masyarakat, antara lain: pertama, audiens bisa lebih leluasa dalam memilih
berita yang ingin didapatkannya (audience control). Kedua, setiap berita yang
disampaikan dapat berdiri sendiri (nonlinearity). Ketiga, berita tersimpan dan
bisa diakses kembali dengan mudah oleh masyarakat (storage and retrieval).
Keempat, jumlah berita yang disampaikan menjadi jauh lebih lengkap (unlimited
space). Kelima, informasi dapat disampaikan secara cepat dan langsung kepada
masyarakat (immediacy). Keenam, redaksi bisa menyertakan teks, suara, gambar,
animasi, foto, video dan komponen lainnya di dalam berita yang akan diterima
oleh masyarakat (multimedia capability). Ketujuh, memungkinkan adanya interaksi
(interactivity).
Sebuah
riset di Kanada menceritakan bahwa masyarakat terus meningkatkan
penerimaan berita dari berbagai platform. Lebih dari seperempat konsumen berita
mendapatkannya dari empat platform: TV, radio, surat kabar dan online.
Sepertiga dari mereka sedikitnya menggunakan tiga media (Hambleton, 2009).
Kondisi
tersebut juga terjadi di banyak negara, bahkan di Amerika Serikat kehadiran
media online telah “membunuh” banyak media cetak. Antara lain Rocky Mountain News,
surat kabar di Colorado yang sudah berumur 150 tahun memutuskan untuk tutup
pada 27 Februari 2009. Kemudian Harian The Seattle Post-Intelligencer
menerbitkan edisi cetak terakhir pada 17 Maret 2009. Sedangkan Gannett,
penerbit koran terbesar di Amerika Serikat dan perusahaan induk dari USA Today,
memecat lebih dari 600 karyawannya. The New York Times, bahkan telah melakukan
pemecatan sejak 2008. Hingga kini banyak surat kabar di Amerika Serikat yang
berjuang agar tetap terbit setelah kehilangan pembaca yang bermigrasi ke dunia
maya. Bahkan majalah setenar Newsweek telah menghentikan edisi cetaknya pada 31
Desember 2012.
Keberadaan
jurnalisme online hingga kini semakin diakui oleh publik. Bahkan pada tahun
2010 ajang penghargaan tahunan jurnalisme Pulitzer, untuk pertama kalinya
memberikan penghargaan kepada media online. ProPublica.com, organisasi online
non-profit, memenangkan penghargaan Pulitzer atas laporan investigasinya
mengenai Rumah Sakit New Orleans setelah bencana badai Katrina yang menerjang Amerika
beberapa waktu sebelumnya. Sedangkan penghargaan editorial kartun diraih oleh
situs berita SFGate.com.
Di
Indonesia sendiri, pertumbuhan media online juga sangat pesat dalam beberapa
tahun terakhir. Meskipun belum sampai membuat tutup media-media cetak terkenal,
tapi kehadirannya mampu menghambat pertumbuhan industri media cetak. Media
cetak yang tidak mau kehilangan pembaca, juga mulai bermigrasi ke online
meskipun tidak secara total.
Perkembangan
jurnalistik media siber di Indonesia dapat dilihat dari bermunculannya
situs-situs berita, seperti Detik.com, Okezone.com, Inilah.com, Viva.co.id,
Kapanlagi.com dan banyak lagi. Bahkan, koran-koran seperti Kompas, Media
Indonesia, Republika, Koran Tempo, Rakyat Merdeka, juga memperkuat berita
cetaknya dengan versi online. Ada pula yang dikelola secara terpisah, mandiri
dan profesional, seperti Tempointeraktif.com (Zaenuddin, 2011).
Menurut
Lilik HS (2013) pada awal 2000-an, perusahaan dotcom atau media daring mulai
berkembang di Indonesia. Seperti Detik.com berkembang pesat sejak beroperasi
pada 1998, diikuti Satunet.com dan Astaga.com setahun berikutnya. Harian Kompas
dan Suara Pembaruan juga membangun portal daring. Di pasar e-commerce, muncul
Sanur Online Bookstore dan Bhineka.com, toko komputer terlaris di Indonesia.
Sayangnya ada yang gagal di antara masa keemasan itu. Astaga.com barangkali
fenomena cukup menarik. Portal ini didukung pemodal asing. Jonathan Morris, CEO
pertama Astaga.com menanamkam modal sebesar lebih dari Rp 56 milyar, menggebrak
dengan promosi fantastis. Tapi Astaga.com gulung tikar.
Ke
depan jurnalisme siber diperkirakan akan semakin berkem-bang dengan pesat,
seiring semakin meningkatnya teknologi internet dan terus tumbuhnya pengguna
internet. Termasuk di Indonesia. Tak heran kalau raksasa siber sekelas Yahoo!,
sejak tahun 2009 lalu mengubah wajah beranda Yahoo! Indonesia dengan
konten-konten berita yang sebagian besar disuplai oleh sejumlah media siber di
Indonesia.
Pontus
Sonnerstedt, manajer Yahoo! Southeast Asia untuk Indonesia menjelaskan,
pertumbuhan bisnis daring di Indonesia akan terus berkembang hingga 10 tahun ke
depan. Penetrasi internet di negara ini yang masih rendah dibandingkan
Filipina, Malaysia, Singapura, dan Vietnam merupakan salah satu keuntungan. Ini
meningkatkan pertumbuhan konten dan jumlah pengguna internet. Pertumbuhan
bisnis digital di Indonesia juga diuntungkan dengan populasi Indonesia keempat
terbesar di dunia. (*)
Judul : Jurnalisme
Siber
Penulis : M
Badri, MSi
Penerbit Creative
ISBN : 978-602-17924-1-4
Tebal : x+150
DAFTAR ISI
BAB
I: PENDAHULUAN
A.
Sejarah Jurnalisme
B.
Dari Cetak ke Internet
C.
Profil Khalayak Siber
D.
Menuju Jurnalisme yang Lebih Baik
BAB
II: SUDUT PANDANG JURNALISME
A.
Pengertian Jurnalisme
B.
Fungsi Jurnalisme
C.
Jurnalisme dan Masyarakat Era Siber
BAB
III: JURNALISME DI RUANG SIBER
A.
Ihwal Ruang Siber
B.
Ruang Siber Membentuk Budaya Baru
C.
Munculnya Jurnalisme Siber
D.
Persoalan Etika dalam Jurnalisme Siber
BAB
IV: KONVERGENSI TEKNOLOGI MEDIA SIBER
A.
Konvergensi Media
B.
Keunggulan Jurnalisme Siber
C.
Munculnya Media Digital Interaktif
BAB
V: INDUSTRI MEDIA SIBER
A.
Bisnis Media Siber
B.
Pendapatan Media Siber
C.
Manajemen Media Siber
D.
Pembaca sebagai Aset
BAB
VI: WARTAWAN DI ERA JURNALISME SIBER
A.
Wartawan Siber
B.
Wartawan dan Teknologi Informasi
C.
Standar Kompetensi Wartawan
BAB
VII: PEMBERITAAN JURNALISME SIBER
A.
Memahami Berita
B.
Pengumpulan Bahan Berita
C.
Menulis Berita
D.
Model Pemberitaan 3 W
E.
Menulis Feature
BAB
VIII: MASA DEPAN JURNALISME SIBER
A.
Mengikuti Perkembangan Teknologi
B.
Beradaptasi dengan Perubahan Bisnis
C.
Melibatkan Jurnalisme Warga
DAFTAR
PUSTAKA
1 comment
Mysuru Casino - The HERZAMMAN
Mysuru 토토 사이트 Casino - 바카라 The casinosites.one Home of the Best หารายได้เสริม of the Slots! Visit us to Play the best slots and deccasino enjoy the best table games in our casino. Visit us
Post a Comment