Pantai Rupat
Pantai Rupat
Pasir putih di tanganmu
Pasir putih di tanganmu
menaburi
rindu di hatiku
yang
tertancap di menara suar
pada
senja yang samar
Belaianmu
begitu lembut
seperti
bidadari mencumbu laut
di
sore yang berkabut
tanpa
pelangi dan matahari
Gerimis
membasuh airmata
di
pipimu yang landai
hingga
air pasang
membalutmu
serupa selendang
Menjelang
malam
engkau
menari gemulai
beriring
kompang
zapin
yang gamang
Tanpa
penonton
dan
tepuk tangan
2010
Selat Morong
Di
selat berliku itu
laut
keruh membelah rimbun bakau
ombak
pun terus mendesah
seperti
perawan gelisah
Senyummu
terasa payau
menyapa
perantau
kapal-kapal
tongkang
dan
para petualang
“Mari
singgah di bandar
sekadar
minum kopi
atau
main biliar”
Dua
kelok lagi
ada
pantai paling sunyi
tanpa
bungalow dan hotel melati
serupa
ruang meditasi
“Mari
singgah di pantai
di
sana ada beribu puisi
masih
tersimpan rapi”
Dua
tikungan lagi
ada
wangi dupa dan altar
di
antara selembayung
rumah-rumah
panggung
2010
Di Depan Istana
Di depan pagar istana
sultan termenung
di atas kereta kencana, tanpa kuda
memandangi hutan sialang
habis ditebang
Enam ekor rajawali
bersarang di kepalanya
mengasah pedang
bedil
meriam buntung
Tanpa serdadu
dan para pemburu
sebab kuda di gardu jaga
sudah menjelma arca
dari batu dan perunggu
Irama obituari
mengalun dari gramofon tua
menghibur anak cucu
seharian
di kuburan
Tikus liar dan serigala
bersarang di lancang tua
mengerat karat
menggali sumur
menambang liur
Di bawah gapura
sultan menancapkan bunga
sambil menampung air mata
di cawan baja
mengutuk para pendosa
2010
Merindu
Desa
Tak ada lagi kokok ayam hutan di belukar
tempat kita dulu saling berbagi cerita tentang burung-burung
yang kabur dari sangkar, juga ikan-ikan
berenang di air keruh
di semak itu, kini hanya ada puntung ganja dan viagra
Kerikil yang menyembul dari tanah lempung
menyimpan banyak cerita,
tentang serigala dan hantu pohon ara
juga tujuh bidadari di rawa-rawa
yang mengganggu tidur kita
Tak ada lagi buah onak
yang biasa kita kulum dengan penuh cinta
sambil menunggu senja tiba
dan mengembalikan semua mimpi
yang terpenggal sejak pagi
Di masa kecil,
aroma kebun dan lembutnya embun
seakan begitu magis
menyihir ladang-ladang dan rerumputan
menjadi hamparan puisi yang hijau
2009
Tak ada lagi kokok ayam hutan di belukar
tempat kita dulu saling berbagi cerita tentang burung-burung
yang kabur dari sangkar, juga ikan-ikan
berenang di air keruh
di semak itu, kini hanya ada puntung ganja dan viagra
Kerikil yang menyembul dari tanah lempung
menyimpan banyak cerita,
tentang serigala dan hantu pohon ara
juga tujuh bidadari di rawa-rawa
yang mengganggu tidur kita
Tak ada lagi buah onak
yang biasa kita kulum dengan penuh cinta
sambil menunggu senja tiba
dan mengembalikan semua mimpi
yang terpenggal sejak pagi
Di masa kecil,
aroma kebun dan lembutnya embun
seakan begitu magis
menyihir ladang-ladang dan rerumputan
menjadi hamparan puisi yang hijau
2009
Di Sungai Duku
Setelah jalan dan jembatan
apa lagi yang menghantuimu?
tak ada,
kapal-kapal masih setia
memuntahkan orang dan barang
Arus sungai tetap idola
para pengembara
yang mencintai sunyi
menuju siak, bengkalis dan meranti
hingga natuna dan melaka
Di seberang, para perempuan
masih kuat mendayung sampan
sambil menghitung rentang usia
dan uban di kepala
dari subuh sampai senja
Apa lagi yang menghantuimu?
para nelayan
masih menjala ikan
sebab di sungai
ia bisa memupuk mimpi
Sedangkan abrasi
hanya sekadar mengecup
bibirmu yang gambut
bersama para penyelundup
mengendap-endap
Barangkali,
kau perlu curiga
pada kota
yang meninggalkan
melupakan
2009
Ziarah
Kota
Selepas malam aku berkunjung ke jembatan tua
tempat kau dulu sering melagukan beberapa puisi
sambil memainkan kecapi dengan jemarimu yang sekeras besi
tak ada lagi yang istimewa, selain mikroba beracun
dan sisa sampah lokalisasi yang mengendap di sungai
Di tiang yang terus merapuh dan berkarat
tempat kau dulu pernah punya hasrat bunuh diri
masih ada sisa arang dari ciuman api
kapal barang yang terbakar ketika bersandar di bandar
selebihnya, hanya lumut dan sisa lipstik yang mengering
Sebuah cangkir beling tangkainya patah
masih setia menancap di tanah basah
tempat kau dulu sering membuang puntung rokok
sambil mendesis serupa ular betina yang meregang
setelah sehelai kulitnya terkulai di lantai
Tak ada yang istimewa,
selain dua bocah terjebak di gunungan sampah
mungkinkan itu anak-anakmu?
dari lelakimu yang tersesat di ketiak para pendosa
di kota lain, yang barangkali lebih jenaka
2009
Selepas malam aku berkunjung ke jembatan tua
tempat kau dulu sering melagukan beberapa puisi
sambil memainkan kecapi dengan jemarimu yang sekeras besi
tak ada lagi yang istimewa, selain mikroba beracun
dan sisa sampah lokalisasi yang mengendap di sungai
Di tiang yang terus merapuh dan berkarat
tempat kau dulu pernah punya hasrat bunuh diri
masih ada sisa arang dari ciuman api
kapal barang yang terbakar ketika bersandar di bandar
selebihnya, hanya lumut dan sisa lipstik yang mengering
Sebuah cangkir beling tangkainya patah
masih setia menancap di tanah basah
tempat kau dulu sering membuang puntung rokok
sambil mendesis serupa ular betina yang meregang
setelah sehelai kulitnya terkulai di lantai
Tak ada yang istimewa,
selain dua bocah terjebak di gunungan sampah
mungkinkan itu anak-anakmu?
dari lelakimu yang tersesat di ketiak para pendosa
di kota lain, yang barangkali lebih jenaka
2009
No comments
Post a Comment