Breaking News

Mimpi Cyber City

poisondlo.deviantart.com
Oleh M Badri

Kota Pekanbaru dalam satu dekade terakhir mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dibanding kota-kota lainnya di Sumatera. Pertumbuhan tersebut dapat dilihat dari perkembangan infrastruktur, pusat-pusat perekonomian dan pendidikan. Namun akan semakin lengkap bila pertumbuhannya juga menyentuh sektor teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga Pekanbaru layak disebut cyber city. Peringatan HUT Pekanbaru ke-227 ini bisa menjadi origin point untuk mencapai tujuan tersebut.

Wacana pengembangan cyber city di Indonesia sebenarnya sudah mengemuka pada awal tahun 2000-an saat keluarnya Inpres No. 1 Tahun 2001 tentang Pusat Informasi Berbasis Teknologi Informatika di Komplek Kemayoran. Dimana pemerintah menilai informasi berbasis teknologi informatika mempunyai peranan penting dan sangat diperlukan baik oleh dunia usaha maupun pemerintah.
Kemudian Inpres No. 6 Tahun 2001 tentang Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia mulai menginstruksikan Bupati/ Walikota untuk melaksanakan lebih lanjut pengembangan dan pendayagunaan telematika. Kerangka kebijakan tersebut didasari pesatnya kemajuan teknologi telekomunikasi, media dan informatika (telematika) serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global yang telah mengubah pola dan cara kegiatan bisnis, perdagangan dan pemerintah.
Namun implementasi Inpres tersebut sampai saat ini masih jauh panggang dari api. Beberapa kota di Indonesia memang sudah mewacanakan cyber city, digital island dan sejenisnya. Namun hingga kini belum ada benar-benar yang terwujud. Padahal cyber city yang merupakan konsep kota modern berbasis teknologi informasi dan banyak diterapkan sejumlah kota besar di dunia dapat memangkas kesenjangan informasi. Lambannya pemerintah daerah merealisasikan Inpres  yang terbit 10 tahun lalu itu, antara lain disebabkan kurangnya sarana dan prasarana teknologi informasi dan komunikasi, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Minimnya upaya pengembangan infrastruktur cyber city juga terjadi di Pekanbaru yang notabene sedang berdandan menyambut PON XVIII tahun 2012. Hingga saat ini fasilitas publik yang dilengkapi teknologi informasi dan komunikasi masih sedikit. Padahal investasi cyber city tidak akan sia-sia, karena otomatis akan mendorong pertumbuhan ekonomi, kualitas pendidikan dan mempermudah birokrasi pemerintahan.
Sektor bisnis umumnya merupakan magnet utama dalam pengembangan cyber city. Karena saat ini rata-rata pebisnis sudah memanfaatkan jaringan internet untuk kegiatan usahanya atau dikenal dengan e-business. Lihat saja semakin banyaknya pelaku bisnis yang memanfaatkan media sosial baik situs jejaring sosial, blog, microblogging dan sebagainya.
Melihat jumlah jumlah pengguna internet dunia yang terus membengkak, potensi bisnis berbasis internet kian terbuka. Data Internet World Stats per 31 Maret 2011, jumlah pengguna internet dunia mencapai 2 miliar lebih dan 39,6 juta di antaranya ada di Indonesia. Untuk Pekanbaru sendiri belum ada data resmi pengguna internetnya. Namun salah satu provider jasa layanan internet broadband wireless access menyebutkan, pengguna jejaring sosial Facebook di Pekanbaru mencapai 323.540 orang. Melihat potensi pengguna internet dan perkembangan bisnis di Pekanbaru, bila didukung infrastruktur cyber city tentunya akan semakin meningkatkan geliat bisnis di kota ini.
Pertumbuhan institusi pendidikan di Pekanbaru juga dapat menjadi magnet bagi pengembangan cyber city. Sebab dunia pendidikan saat ini rata-rata sudah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar mengajarnya. Ditambah lagi harga produk telematika semakin murah dan terjangkau daya beli masyarakat. Tak heran bila notebook dan sejenisnya saat ini sudah menjadi barang bawaan layaknya telepon genggang.
Potensi pengembangan cyber city di sektor pendidikan ini akan semakin besar bila data digital turut menjadi basis konten. Misalnya digitalisasi buku, jurnal dan bahan pustaka lainnya yang saling terhubung antara satu insitusi pendidikan dengan institusi lainnya. Termasuk pengayaan data hasil penelitian dan pengkajian pembangunan daerah untuk keperluan pendidikan.
Techno-Government
Mewujudkan cyber city sebenarnya bukan persoalan sulit. Tergantung niat pemerintah membuka diri bagi penerapan teknologi, dengan mengubah pola pikir birokrasi tradisional ke digital. Hal tersebut tentu saja membutuhkan komitmen para pengambil kebijakan. Jangan sampai masalah kontraproduktif semisal  “perselingkuhan” pemerintah dengan Microsoft di tengah kampanye Indonesia Go Open Source (IGOS) beberapa tahun lalu terulang. Padahal  penggunaan open source diperkirakan dapat menghemat pengeluaran negara sedikitnya hingga triliunan rupiah.
Pengembangan cyber city yang aplikasinya menyentuh tata pemerintahan akan menciptakan techno-government atau sistem pemerintahan berbasis teknologi. Aplikasi sederhananya misalnya pengadaan secara elektronik (e-procurement), pembuatan KTP elektronik (e-KTP), sistem dokumentasi elektronik (e-document), maupun interkoneksi dengan stakeholder. Bahkan Don Tapscott penulis buku “Grown Up Digital: How the Net Generation is Changing Your World” percaya bahwa teknologi memungkinkan pemerintah dapat mengubah demokrasi.
Dengan demikian konsep cyber city bila diintegrasikan dengan techno-government atau e-government sebenarnya mirip dengan model e-business. Dimana dalam pengembangannya akan menyangkut bagaimana membangun hubungan timbal balik government to government (G to G), government to business (G to B), government to community (G to C) business to business (B to B),  business to costumer/ community (B to C) dan community to community (C to C).
Untuk dapat mewujudkan gagasan cyber city tersebut, tentunya Pemerintah Kota Pekanbaru yang akan dipimpin walikota baru, perlu memiliki kerangka kebijakan untuk pengembangan infrastruktur kota yang mengarah pada cyber city. Dimana pemerintah perlu memberi dukungan, baik dalam bentuk renstra pembangunan, regulasi maupun kemudahan investasi pengembangan cyber city oleh pihak lain. Dukungan tersebut antara lain:
Pertama, mempercepat penerapan teknologi telematika untuk pembangunan perkotaan dan tata pemerintahan. Kedua, membuka peluang investasi swasta untuk pengembangan cyber city. Ketiga, meningkatkan pembangunan infrastruktur publik seperti city walk, ruang terbuka hijau dan area publik lainnya untuk pengembangan cyber city. Keempat, siap untuk membuka akses informasi yang berguna bagi warga. Kelima, peningkatan penguasaan teknologi pada SDM pemerintahan. Keenam, peningkatan e-literacy pada masyarakat.
Melihat perumbuhan pengguna internet yang demikian pesat, pengembangan cyber city di Pekanbaru akan menandai babak baru pertumbuhan kota. Sebab internet ke depan tidak hanya menjadi kebutuhan bisnis, pendidikan dan pemerintahan, tetapi juga akan menjadi kebutuhan rumah tangga. Sehingga kesenjangan penguasaan teknologi dan akses informasi dapat dihilangkan. Sehingga bukan sesuatu yang aneh lagi bila nanti di dapur, di taman, di pinggir jalan, di angkutan kota dan di sudut-sudut lain kota ini orang akan berkomunikasi melalui internet. Entah untuk belajar, mencari informasi, belanja atau sekadar e-hangout. (*)

No comments