Dering Ponsel di Daerah Tertinggal: Kontribusi Bagi Pembangunan Ekonomi
Oleh M Badri
“Hasil panen bakal lumayan pak! Saya
dicalling pabrik, harga naik
lagi.”
“Oh iya bu, nanti sore jadi arisan di balai desa.”
“Tlg isikn pulsa 20 aja. Bpk msh di ladang. Perlu nelp pntg.”
“Oh iya bu, nanti sore jadi arisan di balai desa.”
“Tlg isikn pulsa 20 aja. Bpk msh di ladang. Perlu nelp pntg.”
Kalimat-kalimat
percakapan tersebut bersahutan dengan dering telepon selular (ponsel) di
berbagai tempat di perkampungan transmigran, pedalaman Kabupaten Kuantan
Singingi, Provinsi Riau, beberapa tahun terakhir. Hal itu merupakan fenomena
menarik ditinjau dari aspek perkembangan teknologi komunikasi. Masyarakat Indonesia dalam
berkomunikasi, kini tidak hanya memakai saluran komunikasi massa (media
cetak dan elektronik) dan tatap muka (interpersonal communication).
Tetapi juga memanfaatkan teknologi komunikasi nir massa terbaru yaitu
ponsel atau yang akrab disebut HP (Hand Phone). Suatu teknologi yang
sekarang sudah merambah daerah-daerah pedalaman di seluruh Indonesia.
Keberadaan
teknologi komunikasi selular akhirnya mengubah pola komunikasi masyarakat
pedalaman, yang secara sosial sering disebut daerah tertinggal. Padahal puluhan
tahun lalu, sebelum ada teknologi komunikasi, sistem komunikasi yang berkembang
di daerah-daerah tersebut masih memakai saluran sederhana. Komunikasi tatap
muka menjadi sarana komunikasi utama masyarakat. Sedangkan komunikasi
menggunakan alat masih dilakukan dengan kentongan, atau paling canggih dengan
bantuan speaker.
Keberadaan
jaringan ponsel sebagai saluran komunikasi dapat mempercepat proses
menyampaikan pesan-pesan (message) kepada penerima (receiver)
dari individu yang satu kepada individu lainnya. Saluran komunikasi selular
saat ini dianggap sebagai saluran yang efektif dalam komunikasi antarpribadi.
Hal ini kemudian membawa perubahan bagi interaksi sosial dan interaksi ekonomi
pada masyarakat di daerah tertinggal yang sebelumnya masih bersifat
tradisional.
Sulitnya Berkomunikasi di Daerah Terpencil
Di lokasi
transmigrasi yang sebagian besar berada di daerah terpencil, alat komunikasi
merupakan sesuatu yang mahal. Ketika masyarakat kota bisa
berkomunikasi melalui telepon, mereka masih menggunakan surat dan
telegram. Sampai akhir tahun 1990-an, untuk bisa bercakap-cakap melalui telepon
dengan kerabat di pulau Jawa harus menempuh perjalanan dua sampai tiga jam. Hal
ini menyebabkan terlambatnya penyampaian informasi dan berita keluarga ke
masyarakat.
Kondisi ini
menyebabkan terlambatnya proses pembangunan karena keterbatasan pemilikan alat
komunikasi dan minimnya akses terhadap sumber informasi. Sulitnya berkomunikasi
dengan masyarakat di daerah lain menyebabkan terhambatnya penyebaran informasi.
Sehingga penduduk pedalaman hanya berkutat dengan interaksi komunikasi di
lingkungan sekitar. Padahal di perkotaan perkembangan informasi sudah demikian
pesat dan selalu berubah.
Kemudian
setelah berkembangnya era telepon satelit, lambat laun jarak untuk dapat
berkomunikasi lewat telepon tidak menjadi masalah. Beberapa orang mulai
berlangganan telepon satelit untuk pribadi ataupun komersial. Namun harga
komunikasi dengan telepon satelit masih sangat tinggi, sehingga tidak semua
orang bisa menggunakannya. Bayangkan, untuk menelepon beberapa menit saja harus
mengeluarkan biaya sampai ratusan ribu rupiah.
Keberadaan
telepon satelit ternyata belum memberikan perubahan berarti dari pemanfaatan
teknologi komunikasi bagi masyarakat pedalaman. Apalagi kondisi infrastruktur,
seperti jalan raya dan listrik belum mendukung perubahan. Sehingga beberapa
orang yang sebelumnya berlangganan telepon satelit satu persatu mulai berhenti
karena mahalnya biaya dan kualitas jaringan yang buruk. Sebab tingginya biaya
operasional belum bisa menjamin kepuasan berkomunikasi. Suara yang dihasilkan
telepon satelit tersebut sering putus-putus, terdengar tidak jelas dan
sinyalnya juga hilang timbul. Dengan kondisi seperti itu, masyarakat belum
mendapat kepuasan penggunaan teknologi komunikasi. Itulah gambaran kondisi
komunikasi daerah tertinggal sebelum ada jaringan ponsel.
Teknologi Selular Merubah Segalanya
Kehadiran
telepon selular dalam kehidupan masyarakat transmigrasi dan pedalaman lainnya,
merupakan suatu kemajuan dalam bidang komunikasi. Meskipun datangnya terlambat
tetapi teknologi selular menjadi teknologi komunikasi paling modern yang
ekonomis dan menjanjikan kualitas. Salah satu kelebihan utama ponsel yaitu
sifatnya yang mobile dan memberikan keleluasaan berkomunikasi
tanpa sekat ruang dan waktu selama masih ada jaringan operator.
Revolusi
komunikasi pedalaman tersebut dimulai awal tahun 2000-an. Namun operator ponsel
masih memasang tower jaringan di daerah sekitar jalan raya yang jaraknya lebih
10 kilometer dari lokasi transmigrasi terdekat. Sehingga untuk mendapatkan
sinyal pengguna perlu bantuan antena luar (outdoor antenna) setinggi 8 –
15 meter. Itupun masih terdapat noise (gangguan) dalam
berkomunikasi seperti sinyal putus-putus dan suara yang tidak jelas. Namun
setidaknya kehadiran operator ponsel memberikan sinyal positif bagi
perkembangan teknologi komunikasi di daerah transmigrasi.
Baru kemudian
sekitar awal tahun 2006 saat para operator ponsel ekspansi ke daerah-daerah
terpencil, salah satu operator memasang tower jaringan di perkampungan
transmigrasi tersebut. Padahal di tempat itu belum terdapat sumber listrik PLN
seperti umumnya lokasi pemasangan tower jaringan selular. Satu-satunya sumber
listrik bagi penduduk adalah genset yang hanya beroperasi dari jam 5 sore
sampai 6 pagi. Meskipun demikian komunikasi dengan ponsel bisa dilakukan selama
24 jam dengan kualitas yang sama dengan di kota besar.
Perubahan
cara berkomunikasi masyarakat daerah tertinggal seperti dicontohkan di atas,
dalam beberapa tahun terakhir ini merupakan sinyal positif bagi percepatan
pembangunan. Sebab mereka mampu mengadopsi perkembangan teknologi komunikasi
yang bergerak sangat cepat. Teknologi selular telah menimbulkan pembaruan
komunikasi bagi masyarakat pedalaman. Teknologi ini mengubah cara
berkomunikasi, memperoleh, dan menyebarkan informasi. Kini distribusi informasi
dapat dilakukan dengan kecepatan tinggi. Sesuatu yang dulu merupakan impian
bagi masyarakat daerah tertinggal, kini menjadi kenyataan dengan hadirnya
operator selular.
Bagaimanapun
juga perkembangan teknologi komunikasi membawa perubahan bagi masyarakat. Salah
satu sisi positif kehadiran jaringan ponsel akan menumbuhkan harapan-harapan
baru bagi peningkatan taraf hidup. Masyarakat transmigran di kampung saya yang
menjadi contoh kasus dalam tulisan ini, memanfaatkan ponsel untuk bertukar
informasi tentang perkembangan harga kelapa sawit. Mereka yang umumnya petani
kelapa sawit cepat mengetahui informasi penawaran harga tertinggi dari beberapa
pabrik di daerah tersebut. Pemesanan pupuk dari distributor di kota juga
bisa dilakukan melalui ponsel. Hal ini berbeda sekali dengan beberapa tahun
lalu, informasi harga tidak cepat diketahui dan pemesanan pupuk harus langsung
datang ke kota. Interaksi ekonomi melalui bantuan teknologi komunikasi
selular ini memberi dampak positif bagi peningkatan pembangunan ekonomi
masyarakat di daerah tertinggal.
Penggunaan
ponsel juga memberikan perubahan interaksi sosial masyarakat, dilihat dari cara
berkomunikasi. Kehadiran ponsel lambat laun mengurangi interaksi tatap muka.
Penyebaran informasi yang sebelumnya dilakukan secara door to door kini
cukup melalui SMS. Percakapan dengan tetanggapun bisa dilakukan tanpa beranjak
dari tempat duduk. Hal ini kadang menimbulkan kekecewaan-kekecewaan baru karena
kemajuan teknologi tersebut tidak diiringi dengan kesiapan mental masyarakat
yang menerimanya.
Dari segi
tren dan gaya hidup, masyarakat di pedalaman kini tak mau tertinggal
dengan masyarakat kota. Perkembangan teknologi selular yang dibarengi
dengan perkembangan teknologi HP dari berbagai merek, membuat masyarakat
khususnya remaja, mengikuti tren berganti-ganti HP dengan seri terbaru.
Perubahan gaya hidup ini juga disebabkan karena pengaruh budaya
konsumerisme melalui iklan-iklan HP dan semakin meningkatnya daya beli mereka.
Kini bagi masyarakat pedalaman, kehadiran ponsel bukan lagi menjadi kebutuhan
tetapi sudah menjadi bagian dari perilaku kehidupan. Karena penggunaan ponsel
memberi kontribusi yang cukup besar bagi pengembangan kompetensi sosial
masyarakat.
Petani Kini Tidak Gagap Teknologi
Untuk
mencapai tujuan pembangunan di daerah tertinggal, diperlukan langkah-langkah
yang memungkinkan bagi masyarakat untuk menyampaikan dan memperoleh informasi
dengan lebih cepat. Implikasinya dibentuk dengan strategi penyampaian
pesan-pesan melalui saluran komunikasi yang baik. Teknologi selular merupakan
salah satu jawaban untuk meningkatkan percepatan informasi antarpenduduk.
Sejarah mencatat, sebagian besar percepatan pembangunan dimulai dan didorong
oleh teknologi baru. Di sini teknologi komunikasi memainkan peranan utama dan
dianggap “sektor nomor satu” dalam percepatan pembangunan.
Peranan
operator selular dalam percepatan pembangunan daerah tertinggal adalah sebagai
agen pembaru (agent of communication change). Letak peranannya adalah
dalam hal membantu mempercepat proses peralihan masyarakat yang tradisional
menjadi masyarakat yang modern. Khususnya peralihan dari kebiasaan-kebiasaan
berkomunikasi yang menghambat pembangunan ke arah sikap baru yang tanggap
terhadap pembaruan demi pembangunan. Meskipun sejarah membuktikan perubahan
sosial berjalan lambat, tetapi kehadiran operator selular menjadikannya lebih
cepat. Hal ini disebabkan, pemilik teknologi komunikasi menerapkan teknologinya
secara cepat kepada masyarakat.
Masyarakat
daerah tertinggal, termasuk daerah transmigrasi yang berada di pedalaman
merupakan salah satu contoh konkret cepatnya perubahan karena teknologi
komunikasi. Kemudahan-kemudahan yang diberikan dari perkembangan teknologi ini
menyebabkan masyarakat cepat menerimanya. Sehingga para petani yang dulu hanya
mengenal alat-alat pertanian, kini pergi ke ladang juga membawa ponsel.
Kehadiran operator selular membuat petani di pedalaman tidak gagap terhadap
teknologi komunikasi. Sehingga di antara rerimbun ilalang dan pohon-pohon
kelapa sawit sering terdengar dering ponsel. Suatu perubahan luar biasa dalam
beberapa tahun terakhir.
Penguasaan
teknologi oleh petani merupakan salah satu ciri percepatan pembangunan di
daerah tertinggal. Sebab petani mempunyai peranan penting dalam struktur
perekonomian di daerah-daerah pedalaman. Berbagai kemudahan karena teknologi
informasi membawa peningkatan taraf hidup masyarakat. Hal ini disebabkan karena
akses informasi ekonomi seperti harga, pasar, penawaran, dan permintaan
hasil-hasil pertanian diterima petani dengan cepat. Perubahan perilaku
komunikasi ini berkorelasi dengan perilaku ekonomi masyarakat.
Pengaruh
lain setelah diperkenalkannya teknologi komunikasi mutakhir kepada masyarakat
di daerah tertinggal, adalah tersedianya saluran komunikasi bagi orang-orang
buta huruf. Mereka yang sebelumnya tidak dapat bisa menggunakan alat komunikasi
tertulis (surat), kini dapat memberi dan menerima informasi dari sanak saudara
dengan ponsel. Sehingga peran operator selular menjadi sangat penting bagi
perubahan cara berkomunikasi mereka.
Masa Depan Pemanfaatan Teknologi Selular di Pedalaman
Ke depan
tidak tertutup kemungkinan, operator selular dapat membangun jaringan internet
pedesaan untuk kepentingan pembangunan perekonomian (E-commerce),
pendidikan (E-education) dan pelayanan publik (E-government).
Tersedianya fasilitas GPRS, 3G dan koneksi internet melalui ponsel merupakan
modal untuk pembangunan sarana komunikasi online di pedalaman.
Dalam konteks ini perusahaan-perusahaan operator selular dapat memanfaatkan
program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk
pemberdayaan komunikasi masyarakat daerah tertinggal. Merupakan suatu langkah
luar biasa bila ada operator selular yang berani mengangkat kehidupan
masyarakat daerah tertinggal yang identik dengan kemiskinan dan kebodohan.
Secara
ekonomi (E-commerce), internet di pedesaan membantu petani dan nelayan
sebagai komunitas ekonomi terbesar, untuk meningkatkan pengetahuan kegiatan
ekonominya melalui percepatan informasi. Mereka juga dapat memperluas pasar
hasil pertanian dan perikanan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Selain itu
petani dan nelayan juga bisa berproduksi sesuai dengan permintaan pasar, karena
kemudahan informasi tersebut. Dengan bantuan koneksi internet operator selular,
mereka mampu meningkatkan kualitas hasil dan mengontrol supply dan demand.
Dalam bidang
pendidikan (E-Education), hingga saat ini semua sekolah di pedalaman
belum mengenal internet. Kondisi ini menyebabkan pendidikan di daerah
tertinggal sulit berkembang. Kehadiran operator seluler diharapkan dapat
memberikan perubahan melalui layanan teknologi komunikasi untuk mendukung
proses belajar mengajar. Sebab kebijakan pendidikan saat ini menuntut
kesetaraan penguasaan pengetahuan antara sekolah di perkotaan dan di pedalaman.
Dengan internet pedesaan yang terhubung melalui jaringan ponsel, diharapkan
siswa sekolah di daerah tertinggal tidak gagap terhadap perkembangan teknologi
dan informasi.
Meskipun
penciptaan digitalisasi pelayanan publik (E-government) di pedalaman
terbentur berbagai keterbatasan, bukan tidak mungkin untuk ke depan operator
selular membuat gebrakan baru dalam bidang tersebut. Luasnya jaringan operasi
operator selular bila diikuti dengan pengembangan teknologi, tidak mustahil
mampu membuat sistem komunikasi online sampai ke pemerintahan desa. Dengan
demikian pelayanan publik dan keunggulan-keunggulan lokal di daerah tertinggal
dapat diglobalisasikan melalui sentra komunikasi jaringan selular.
Berbagai
paradigma pemanfataan teknologi komunikasi selular untuk kepentingan publik
tersebut, sesuai dengan ramalan salah seorang penggagas komunikasi pembangunan
Wilbur Schramm (1907 – 1987), bahwa masa mendatang merupakan “Dekade Satelit”.
Satelit-satelit komunikasi dirancang untuk menghasilkan “efek ganda” terhadap
penyebaran media massa, telekomunikasi, dan transmisi data. Penyesuaian
arus kemajuan teknologi dengan kemampuan masyarakat dalam menyerap teknologi
komunikasi dinilai sebagian besar ahli komunikasi sebagai syarat keberhasilan
pembangunan. Dengan demikian teknologi akan berkembang seirama dengan kemampuan
masyarakat dalam menerima teknologi tersebut. Bagi daerah-daerah yang sedang
berkembang, kebijaksanaan komunikasi hendaknya ditujukan pada pencapaian
“keseimbangan dinamis” dari pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
sehingga tercapai stabilitas sosial.
Di sini yang
patut dicatat, perkembangan teknologi komunikasi di daerah-daerah tertinggal
selalu ada sisi positif dan negatifnya. Tergantung bagaimana masyarakat
memanfaatkan kecanggihan teknologi tersebut. Ponsel memang terbukti mengubah
sistem komunikasi masyarakat pedalaman. Artinya operator selular telah membantu
revolusi komunikasi masyarakat daerah tertinggal dengan teknologi komunikasi
selular yang dibawanya. Sehingga terjadi pemerataan penguasaan teknologi
komunikasi bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan demikian pembangunan
teknologi komunikasi dapat mempercepat pembangunan ekonomi daerah-daerah
tertinggal. (*)
No comments
Post a Comment