Breaking News

Menggali Sumber Daya Terbarukan, Membangun Kesejahteraan Berkelanjutan

Oleh M Badri
Kabupaten Bengkalis selama ini dikenal sebagai daerah penghasil minyak bumi. Bahkan sebelum dimekarkan menjadi beberapa kabupaten baru, Bengkalis merupakan penghasil minyak bumi terbesar di Indonesia. Hingga kini pun, potensi itu masih menempatkan Bengkalis sebagai salah satu kabupaten terkaya di Indonesia.
Namun minyak bumi bukanlah sumber daya alam (SDA) terbarukan, sehingga semakin lama semakin terkikis. Untuk itulah, sudah saatnya Bengkalis beralih menggali SDA dan potensi lainnya yang terbarukan. Tujuannya, untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat berkelanjutan. Tidak hanya bergantung pada minyak bumi yang melimpah saat ini.
Secara geografis, lokasi Bengkalis sangat strategis karena berbatasan langsung dengan Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran International. Tetapi potensi sumber daya terbarukan seperti sektor agrikultur (pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan) dan pariwisata saat ini belum dimanfaatkan dengan maksimal. Letak geografis dan potensi yang belum tergali tersebut, bisa menjadi kekuatan utama Bengkalis untuk merumuskan strategi baru perekonomiannya kedepan.
Dengan kata lain, di balik kekayaan minyak bumi yang melimpah, Bengkalis sebenarnya masih memiliki berbagai potensi sumber daya terbarukan. Apalagi saat ini, wacana perekonomian dunia yang sedang berkembang mulai mengarah pada sektor agrikultur yang sejatinya melimpah di bumi Bengkalis. Secara garis besar, menurut penulis ada tiga potensi yang bisa menopang kesejahteraan masyarakat Bengkalis secara berkelanjutan, yakni: (1) Sektor agrikultur, (2) Sektor industri, dan (3) Sektor pariwisata.
Sektor Agrikultur
Sektor agrikultur merupakan sektor ekonomi andalan di masa mendatang. Tak heran bila negara besar seperti Cina saat ini sedang giat mengembangkan lumbung pangannya. Sejak tahun 1995, Pemerintah Cina gencar berinvestasi pangan di Afrika. Hingga 2007, sedikitnya mereka memiliki 63 proyek agribisnis di Afrika pada beragam jenis: pertanian, perkebunan hingga peternakan.[1]
Tak mau kalah dengan Cina, negara-negara di Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Qatar juga menggelontorkan investasinya untuk proyek-proyek agribisnis di mancanegara. Gencarnya sejumlah negara mengamankan kepentingannya di sektor pangan merupakan upaya mempertahankan kecukupan pangan yang mengantarkan pada food security. Mereka ingin mengamankan pasokan pangan di masa mendatang sekaligus turut mengontrol harga komoditas di dunia.
Melihat realitas perubahan arah investasi dunia dari pertambangan ke agrikultur ini, dapat ditebak bahwa ke depan persaingan antarnegara tak hanya pada kekuatan militer. Tapi yang lebih dahsyat adalah persaingan dalam hal penguasaan pangan. Terus melambungnya harga pangan dunia seharusnya menjadi pelajaran berarti, bahwa ekonomi sektor agrikultur semakin menjanjikan. Bahkan Bank Dunia memprediksi tingginya harga bahan pangan bakal berlangsung lama dan baru menurun pada 2015.
Bengkalis yang sebagian besar wilayahnya potensial untuk pengembangan sektor agrikultur ini, seyogyanya mulai fokus menggarap sektor tersebut untuk menopang perekonomian jangka panjang. Beberapa potensi agrikulktur Bengkalis yang layak dikembangkan, untuk subsektor tanaman pangan antara lain: padi, sagu, jagung, umbi-umbian, kacang-kacangan, dan buah-buahan.
Kemudian subsektor perkebunan meliputi: karet, kelapa sawit, kelapa, cengkeh, kopi dan coklat. Subsektor perikanan meliputi: perikanan tangkap dan budidaya, baik ikan laut maupun air tawar. Sedangkan subsektor peternakan antara lain: sapi, kambing, ayam dan kerbau.
Untuk membangun kesejahteraan masyarakat berkelanjutan, sektor agrikultur ini cukup potensial. Karena selain padat karya, sektor ini juga menopang sebagian besar perekonomian masyarakat Bengkalis.
Namun dalam mengelola sektor agrikultur tidak bisa hanya menggunakan cara-cara konvensional. Perlu mengarah pada agroteknologi dan agrobisnis. Dalam konteks ini, pengelolaan agrikultur tidak bisa hanya sebatas pengelolaan hulu tetapi juga diarahkan kepada industri hilir.
Sektor Industri
Sektor industri yang potensial dikembangkan di Bengkalis terutama industri yang berkaitan dengan pengelolaan potensi SDA. Sektor industri ini juga dapat mendukung pengembangan sektor agrikultur. Karena melalui proses industrialisasi, hasil SDA akan memiliki nilai tambah. Sektor industri juga berperan penting untuk memperkuat akses pasar produk SDA dan menyerap tenaga kerja lokal.
Sebagai contoh, produksi padi Bengkalis dapat diolah menjadi beras dan dikemas dengan merek daerah, Beras Bengkalis misalnya. Seperti halnya salah satu BUMD di Riau yang memproduksi Beras Riau (Riau Rice). Apalagi Bengkalis memiliki Rice Processing Complex (RPC) yang belum dioptimalkan. Untuk itu perlu adanya upaya merevitalisasi industri agrikultur di Bengkalis.
Kemudian potensi sagu yang masih melimpah di Bengkalis dapat diolah menjadi berbagai produk turunan yang memiliki harga jual tinggi. Seperti tepung sagu murni, mi sagu, biskuit, dan berbagai produk turunan lainnya. Untuk tanaman buah-buahan, sebenarnya selama ini Bengkalis sudah terkenal dengan dodol dan lempuk durian. Namun masih perlu pengembangan dengan skala industri yang lebih besar, sehingga pemasaran produk kebanggan daerah ini semakin luas. Industri pengolahan buah-buahan lainnya yang potensial adalah industri pengalengan buah, selai buah, dodol buah, keripik buah dan sebagainya.
Dari subsektor perkebunan, industri yang masih potensial dikembangkan antara lain pengolahan crude palm oil (CPO) menjadi berbagai produk turunan seperti minyak goreng, margarin, sabun, kosmetik, dan lain sebagainya. Selain itu juga untuk biofuel yang mulai dijadikan sumber energi alternatif. Fluktuatifnya harga CPO di pasaran dunia menjadi alasan logis untuk memperkuat produksi hilir turunan CPO di Bengkalis. Apalagi suplai bahan baku cukup banyak, termasuk dari berbagai daerah lainnya di Riau. Letak Bengkalis yang berada di jalur pelayaran Internasional, akan memudahkan pemasaran hasil industri dari kawasan pesisir ini.
Tak kalah dengan berbagai subsektor di atas, hasil perikanan dan peternakan juga bisa mendukung industri di Bengkalis. Seperti untuk industri pengalengan ikan atau daging, ikan villet, abon ikan/ daging dan sebagainya. Khusus untuk daging, saat ini kebutuhan di Riau pun masih banyak dipasok dari luar daerah. Karena itulah, serapan pasar daging di dalam negeri sebenarnya masih cukup terbuka. Apalagi kalau ingin mengembangkan pasar ekspor, tentunya akan lebih menjanjikan.
Industri lainnya yang potensial dikembangkan di Bengkalis adalah industri kreatif, terutama yang berbasis kesenian dan kerajinan khas daerah. Dalam cetak biru (blue print) pengembangan industri kreatif nasional yang dikeluarkan pemerintah, ada 14 subsektor yang masuk kategori industri kreatif, yakni kerajinan, arsitektur, periklanan, desain, film, radio dan televisi, seni rupa, seni pertunjukan, mode, permainan interaktif, musik, penerbitan dan percetakan, software, serta riset dan pengembangan.
Bengkalis yang kaya kultur Melayu mempunyai potensi luar biasa untuk pengembangan sektor ini. Apalagi industri kreatif merupakan industri berbasis aset kekayaan intelektual (intellectual property), yang saat ini dinilai sebagai pilar penting untuk mendorong penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Sebab rata-rata kontribusi PDB industri kreatif tahun 2002-2006 sebesar Rp 104,6 triliun atau 6,3% dan menduduki peringkat ke-7 dari 10 lapangan usaha utama yang ada di Indonesia. Nilai ekspor industri kreatif mencapai Rp 81,4 triliun dan berkontribusi sebesar 9,13% terhadap total nilai ekspor nasional, dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 5,4 juta pekerja.[2]
Dalam pandangan Jacob Oetama, industri kreatif akan memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan. Selain itu, industri kreatif menciptakan iklim bisnis yang positif dan membangun citra serta identitas bangsa. Di sisi lain, industri kreatif berbasis pada sumber daya terbarukan, menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa serta memberikan dampak sosial yang positif.[3]
Industri kreatif Bengkalis yang layak dikembangkan misalnya kesenian khas daerah, permainan rakyat, arsitektur Melayu, tenun/ songket Melayu, kerajinan khas daerah, dan sebagainya. Bahkan melihat keindangan alam beberapa wilayah di Bengkalis, industri perfilman juga layak dikembangkan dengan setting daerah ini. Sebab pada awal 1990-an, Bengkalis juga sudah terkenal karena menjadi lokasi syuting film yang diangkat dari novel Soeman HS ”Mencari Pencuri Anak Perawan.” Di sini yang patut dicatat, industri kreatif juga mendorong pengembangan pariwisata suatu daerah.
Sektor Pariwisata
Sektor pariwisata bagi sebagian daerah menjadi penggerak ekonomi andalan, karena dapat mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya. Hal ini sebenarnya potensial juga bagi Bengkalis, meski saat ini sektor pariwisatanya belum dikembangkan secara optimal. Sebab berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Bengkalis merupakan salah satu dari tiga pintu masuk utama pariwisata Riau. Pada tahun 2007, jumlah wisatawan yang masuk melalui Bengkalis mencapai 4.954 orang.[4]
Berbicara mengenai potensi pariwisata, Bengkalis tidak bisa dianggap remeh. Pasalnya Bengkalis mempunyai ”kekayaan tersembunyi” di Pulau Rupat, yakni Pantai Rupat. Pantai tersebut amat indah dan landai. Pasirnya putih dan halus. Panjangnya mencapai 13 km dan lebar 20-30 meter berhadapan langsung dengan Selat Malaka yang merupakan selat terpadat yang dilalui banyak kapal di dunia. Pantai ini dilatarbelakangi lambaian kelapa dan beberapa aliran sungai alami, hingga sering disebut Pantai Surga.[5]
Melihat gambaran di atas, Pulau Rupat memiliki tingkat kelayakan jual pariwisata yang sangat tinggi. Apalagi letaknya strategis pada jalur Internasional. Sebagai salah satu pulau terluar Indonesia, kapal-kapal asing yang melintas di Selat Malaka bisa langsung merapat ke Pulau Rupat. Karena itulah, sudah selayaknya Pemerintah Kabupaten Bengkalis memperhatikannya lebih serius. Antara lain merealisasikan pembangunan berbagai sarana dan prasarana pariwisata di kawasan tersebut. Terutama mewujudkan pariwisata terpadu yang layak dikembangkan di sana, seperti: wisata pantai, wisata bahari, wisata budaya, agrowisata dan wanawisata.
Strategi Pengelolaan
Melihat melimpahnya potensi sumber daya terbarukan yang dimiliki Bengkalis, tentu pengelolaannya perlu berbagai strategi. Tujuannya agar pemanfaatan sumber daya tersebut dapat mensejahterakan masyarakat. Karena pada hakikatnya sumber daya terbarukan lekat dengan potensi yang bersentuhan dengan kebutuhan rakyat banyak.
Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2005), setidaknya ada tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam perencanaan pembangunan daerah, yakni: (1) Pendekatan sosio-kultural, (2) Pendekatan pembangunan ekonomi, dan (3) Pendekatan pertumbuhan daerah.[6]
Dalam konteks pengembangan potensi Bengkalis seperti disebutkan di atas, pendekatan sosio-kultural dapat diterjemahkan dengan pembangunan tidak hanya menekankan pada aspek fisik saja. Tetapi juga mental dan kultur masyarakatnya. Dengan kata lain, pembangunan yang dilakukan harus melihat kearifan lokal yang ada dalam masyarakat. Seperti pembangunan sektor pariwisata yang notabene merupakan tempat berkumpulkan masyarakat dari beragam budaya, tidak boleh mencerabut budaya masyarakat setempat.
Tetapi pembangunan pariwisata seharusnya dapat memberdayakan ekonomi dan budaya masyarakat tempatan. Hal ini tentunya membutuhkan peran strategis pemerintah dan stakeholders dalam memberdayakan masyarakat untuk masuk ke wilayah bisnis pariwisata. Misalnya melakukan pembinaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang menunjang kegiatan pariwisata, contohnya industri suvenir dan makanan yang menonjolkan identitas dan ciri khas daerah. Kemudian membina masyarakat tempatan menjadi pemandu wisata dan penyedia jasa wisata.
Melibatkan masyarakat dalam pengembangan pariwisata, selain untuk meningkatkan taraf hidup mereka juga untuk menciptakan keamanan objek wisata. Karena kunci utama keberhasilan pembangunan pariwisata adalah keamanan dan kenyamanan pengunjung. Hal ini sudah dibuktikan masyarakat Pulau Bali, dimana rasa memiliki masyarakat terhadap pariwisata daerah dapat mempertahankan kelangsungan kegiatan pariwisatanya. Meskipun daerah tersebut sudah dua kali mengalami tragedi pengeboman, tapi geliat pariwisatanya tak pernah mati.
Pendekatan sosio-kultural juga berlaku untuk pembangunan di sektor agrikultur dan industri. Dimana idealnya pengembangan agrikultur dan industri harus melihat potensi masing-masing wilayah. Seperti sektor agrikultur, pengembangannya harus melihat potensi lokal yang meliputi ketersediaan lahan, kesesuaian kondisi lahan dengan komoditas yang dikembangkan, serta budaya masyarakat setempat dalam bertani, berkebun atau beternak. Begitu juga dengan sektor industri, harus melihat kedekatan dengan bahan baku dan pelibatan masyarakat tempatan dalam kegiatan industri. Pembangunan kawasan industri juga tidak boleh mengabaikan corporate social responsibility (CSR).
Khusus untuk industri kreatif, modal dasarnya sudah ada pada potensi kultural Bengkalis. Tinggal bagaimana menggali dan memanfaatkannya untuk mensejahterakan masyarakat. Untuk menggerakkannya, diperlukan beberapa faktor seperti arahan edukatif, memberikan penghargaan terhadap insan kreatif, serta menciptakan iklim usaha yang kondusif.
Dalam pendekatan pembangunan ekonomi, dapat ditarik benang merah bahwa pengelolaan sumber daya terbarukan yang dimiliki Bengkalis perlu memperhatikan aspek modal, sumber daya manusia (SDM), teknologi dan pasar. Karena pengelolaannya memerlukan modal besar, tentunya pemerintah daerah perlu melibatkan investor. Namun dalam berhubungan dengan investor yang perlu dipertegas adalah komitmen untuk tidak sekadar mencari keuntungan ekonomi. Tetapi investor juga harus memperhatikan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Dari sisi SDM, selama ini tenaga kerja lokal sering dianggap inferior dan tidak berkualitas. Pendapat ini tentunya tidak benar. Sebagai mahluk hidup yang berakal, keahlian manusia dapat dibentuk melalui pendidikan dan pelatihan. Seperti pendapat filosof Aristoteles bahwa pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, sebuah meja lilin (tabula rasa) yang siap dilukis oleh pengalaman. Dari sini, John Locke (1632-1704) berpendapat pengalaman adalah satu-satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Bukan ide yang menghasilkan pengetahuan, tetapi kedua-duanya adalah produk pengalaman.[7]
Nah, kesempatan tersebut selama ini jarang diberikan kepada SDM lokal. Untuk itulah dalam konsep pembangunan untuk kesejahteraan rakyat, penggunaan SDM lokal harus menjadi perhatian serius. Agar sesuai dengan kualifikasi industri, tentunya SDM lokal harus diberi pelatihan agar mereka juga memiliki pengetahuan, keahlian, dan berdaya saing tinggi.
Di sektor industri, berdasarkan teori pertumbuhan neo-klasik, teknologi berperan penting dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi. Namun teknologi yang diterapkan tentunya harus ramah lingkungan dan padat karya. Untuk industri skala kecil, dapat menggunakan teknologi tepat guna yang mudah diaplikasikan masyarakat.
Aspek pasar juga merupakan bagian penting dalam pengelolaan ekonomi. Selain untuk memenuhi pasar domestik, industri di Bengkalis juga harus diarahkan untuk pasar ekspor. Letak Bengkalis yang berada di jalur pelayaran Internasional Selat Malaka menjadi modal dasar untuk membuka pelabuhan ekspor. Hal ini selain untuk meminimalisir biaya pemasaran juga untuk meningkatkan daya saing produk.
Sementara itu dalam pendekatan pertumbuhan daerah, yang patut digarisbawahi adalah perlunya penyelenggaraan pembangunan yang berkeadilan dan mengutamakan ekonomi kerakyatan. Karena pemerataan pembangunan akan menciptakan pemerataan distribusi pendapatan. Sehingga kesejahteraan masyarakat akan meningkat secara berkelanjutan. Akhirnya pertumbuhan daerah dapat terwujud dan kesenjangan sosial dapat dikurangi.
Dengan demikian, hakikat yang harus dipegang dalam upaya melaksanakan pembangunan di Bengkalis adalah perubahan sosial atau pembangunan manusia/ masyarakat menjadi lebih baik. Karena sebagaimana dikemukakan Goulet (1997), proses pembangunan harus diarahkan untuk: (a) Menciptakan ”solidaritas baru” yang mendorong pembangunan yang berakar dari bawah (grass root oriented), (b) Memelihara keberagaman budaya dan lingkungan, (c) Menjunjung tinggi martabat serta kebebasan manusia dan masyarakat.[8]
Untuk mewujudkan kesejahteraan berkelanjutan melalui penggalian sumber daya terbarukan, Pemerintah Kabupaten Bengkalis juga perlu melibatkan stakeholders seperti pemerintah (pusat-daerah), perguruan tinggi, dunia usaha, LSM, organisasi bisnis, masyarakat dan lain sebagainya. Hal ini dibarengi dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui pro business environment yang meliputi pro-business government, pro-business society, dan pro-business regulation. (*)
________________________________________
[1] Majalah SWA. ”Merebut Kejayaan Agrobisnis” Edisi 12/XXV/11-24 Juni 2009.
[2] Data Departemen Perdagangan RI dalam situsnya http://www.depdag.go.id Akses November 2009.
[3] Jacob Oetama. Meraih Peluang Industri Kreatif. Makalah Studium Generale Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Dimuat KOMPAS, 24 Oktober 2008.
[4] BPS Riau. 2009. Riau Dalam Angka 2008.
[5] Riau Tourism Board. 2009.Visit Riau 2009. Informasi dan Panduan Wisata Riau.
[6] Riyadi dan Deddy S. Bratakusumah. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah. Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Gramedia Pustaka Utama, hlm 45.
[7] Jalaluddin Rakhmat. 2004. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya, hlm 21.
[8] Riyadi dan Bratakusumah. Op.Cit hlm, 59.
Catatan:
Tulisan ini menjadi juara pertama pada lomba karya tulis nasional “Pembangunan untuk Kesejahteraan Rakyat, Konsep dan Gagasan Masa Depan Perekonomian Bengkalis”, yang diadakan Ikatan Sarjana Ekonomi (ISEI) Kabupaten Bengkalis pada 20 Oktober-5 Desember 2009. Penghargaan diserahkan oleh Bupati Bengkalis H Syamsurizal pada 16 Desember 2009 di Gedung Daerah Bengkalis. Tulisan ini beserta 20 tulisan terbaik lainnya akan dibukukan oleh penyelenggara.

No comments